Saat
ini aku tahu itu salah, tapi aku tetap saja melakukannya. Lagi-lagi dan lagi
semua hanya untuk kepuasan sesaat. Semua hal menjadi halal dan lumrah,
pura-pura tak mendengar dan tak melihat. Haruskah seperti ini? Aku sendiripun tak
yakin.
Sudah lupa dengan dosa, kewajiban pun
terabaikan tapi selalu meminta hak. Apakah itu pantas? Aku benci hal itu tapi
aku sendiri melakukannya. Apa ini yang disebut munafik?
Aku
tak tau apa mampu mempertanggungjawabkan semua perbuatan. Gelisa dan membuatku
seperti orang sakit. Aku seperti seorang pengecut, yang saat ini berfikir untuk
pergi. Tapi tak tahu harus kemana, berharap mendapat tempat persembunyiaan.
Selalu
tampil anggun seolah tak pernah berbuat salah. Berbicara soal kebenaran padahal
diri sendiri berada dalam kesalahan. Tersenyum walaupun hatinya gelisah.
Masih
berputar pada tempat yang sama, menanti kesempatan untuk pergi. Kepala pun
terasa sakit dan mata ini semakin sayup. Tak suka dengan keadaan ini tapi
kenapa aku malah larut dan tak tau lagi caranya untuk pergi.
Hatipun
memberontak tak terima, tapi raga ini masih bertahan. Kenapa? Apa hanya untuk populer,
ingin di kenal, selalu merasa malu untuk tampil apa adanya, dan selalu saja
ingin lebih. Sampai kapan harus bertahan dengan kepalsuan hidup?
Cerita
ini memuakan, aku pun jenuh dan memilih untuk diam. Tapi lagi-lagi sampai
kapan? Ceritanya selalu menyedihkan, sedih dan semakin tak berarti. Bertahan
pada rasa sakit, tak pernah berusaha untuk sembuh.